Comment


JulyanaGultom
Aku Ana; nama lengkapku Julyana Maratur Gultom. Sejak aku kecil keluarga dan sanak saudaraku  biasa memanggilku dengan sebutan “Ana”, biar singkat dan praktis – walaupun itu sebenarnya nama pasaran. :) Dan sampai sekarang justru aku lebih senang dipanggil “Ana” karena sebutan itu sudah akrab di telingaku.
Aku lahir sekitar 22 tahun lalu di Pematangsiantar, tepatnya pada tanggal  29 Juli 1989 pukul 03.05 WIB, dengan berat 3,5 kg dan panjang 52cm. Aku dilahirkan normal oleh mamaku. Waktu bayi tubuhku gemuk dan kulitku putih. Suatu anugerah Tuhan yang luar biasa aku bisa lahir ke dunia, karena Tuhanlah yang membentuk buah pinggangku dan yang menenun aku dalam kandungan ibuku... :)
Aku adalah puteri dari pasangan B. Gultom (lahir pada tanggal 16 Februari 1962) dan R. Sitohang (lahir pada tanggal 25 Agustus  1963).


Aku anak kedua dari empat bersaudara. Kakakku, Henny Elisabeth Nuarita Gultom, lebih tua setahun dariku. Ia lahir di Medan (tepatnya di RS Elisabeth-makanya namanya ada ’Elisabeth’nya- waktu orangtuaku masih tinggal dan bekerja di Medan) tanggal 20 Januari 1988 (namanya ‘Nuarita’). Selain kakak, aku juga punya dua orang adik laki-laki; yang pertama Zulfan Ihutan Gultom, lahir pada tanggal 2 Juli 1991 di Pematangsiantar; dan adikku yang bungsu Welly Tamarodo Gultom, lahir pada tanggal 23 Januari 1995 di Pematangsiantar juga.

 Jadi, lengkaplah orangtuaku memiliki dua pasang anak, dua puteri dan dua putera. Dan kalau diperhatikan bulan kelahiran kami : sepasang di bulan Januari dan sepasang lagi di bulan Juli. Lebih hemat kan kalau merayakan ulang tahun.. :)
Tahun 1994 aku mengawali pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Kalam Kudus Pematangsiantar, suatu sekolah swasta yang cukup terkenal di sana. (Kami berempat memang menempuh pendidikan awal di sekolah ini.) Setiap hari diantar jemput bus sekolah dengan teman-teman sekolahku. Satu tahun sekolah di sini mengajarkanku banyak hal baru: belajar mengenal angka dan huruf, berhitung, menulis, membaca dan bahkan mengenal lingkungan sekitarku. Tugas atau PR dari Bu Guru harus dikerjakan siang hari (soalnya pernah suatu ketika aku dihukum berdiri di depan kelas hanya karena mengerjakan PR malam hari – dan kalau aku tidak salah ingat si Ibu Guru (yang notabene adalah teman gereja mamaku) tahu info itu dari mamaku. Tapi, bersyukurnya aku bisa menunjukkan prestasi yang cukup baik dengan menjadi juara kelas, walaupun tidak pernah jadi juara I. :)


 Setelah lulus TK tahun 1995, aku pun melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar. Aku sekolah di SD RK Budi Mulia 2, tak jauh dari rumahku. Ya,, ketiga saudaraku yang lain juga sekolah disini. Sekolah ini juga cukup terkenal dan lumayan bagus pendidikannya. Di sini aku belajar pendidikan dasar (namanya juga sekolah dasar), seperti membaca, menulis kalimat, menyusun kalimat dan paragraph, berhitung, mengenal bahasa Inggris dan mempraktikkannya, belajar ilmu pengetahuan alam dan sosial, dan masih banyak hal lain. Dan akupun menunjukkan prestasi yang cukup baik. Salah satu guru favoritku adalah Pak Sianipar, yang sampai saat ini aku ga tahu apa kabarnya. Ingin rasanya kembali ke sana mengenang kembali masa SD-ku. Tapi sekarang udah banyak perbaikan dan reformasi guru-guru pastinya.
Setelah enam tahun SD, aku pun melanjutkan pendidikanku di SMP RK Bintang Timur, sekolah yang cukup terkenal juga di kotaku. Berangkat sekolah bareng bapakku, yang juga berangkat kerja, dengan mobil Zebranya yang biru (mobil pertamanya lho...) bersama dengan kakak dan adik2ku, bahkan dengan teman2 tetangga yang satu sekolah dengan kakakku. Aku ingat sekali waktu itu mobil bapak kayak angkutan sekolah, sempit2an di dalam, bahkan ada yang dipangku, biar bisa menampung semuanya. Mengingat hal ini aku sadar bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, harus saling bertolongan satu sama lain.

Nah, di sekolah ini, awalnya aku masuk kelas I-D, dan selama 2 semester aku dapat juara kelas. Naik ke kelas II, pindah ke kelas II-A (kelas gabungan peringkat atas dari empat kelas yang ada – kayak kelas unggulan). Setelah masuk kelas ini, aku tidak pernah lagi dapat juara kelas sampai kelas III. Teman-temanku orangnya pintar-pintar. Dan selama tiga tahun aku bisa menyelesaikan pendidikan dengan baik. Guru favoritku waktu itu adalah Pak Butar-Butar dan Pak Marbun. Waaaahh,, kangen sama mereka!! :(

Setelah tiga tahun SMP, aku pun melanjutkan pendidikanku ke SMA. Waktu itu yang ada di pikiranku adalah masuk SMA Budi Mulia, suatu SMA yang terkenal dan cukup bagus juga di kotaku. Namun, orangtuaku menawarkanku masuk SMA Plus Matauli, di Sibolga, sekitar 6 jam perjalanan dari rumahku. Yaa,, pastinya sekolah yang bagus, ada kata ‘plus’nya. Sekolah ini didirikan oleh Akbar Tanjung dan Faisal Tanjung, untuk meningkatkan pendidikan di daerah kelahiran mereka. Sekolah ini menerapkan sistem semi militer. Aku nurut aja apa kata orangtuaku, yang penting ikut tesnya aja dulu. Kalau lulus ya puji Tuhan, kalau ga lulus juga tak apa-apa, bisa ikut tes di SMA Budi Mulia.

Untuk masuk Matauli harus melewati beberapa tes. Yang pertama tes akademik, kemudian kalau lulus lanjut ke tes psikotes, tes samapta dan tes kesehatan. Jadi, tesnya menerapkan sistem gugur untuk tes akademik. Dan jadilah aku mendaftar di SMA itu. Aku mendaftar kolektif dengan teman-teman SMPku, yang ingin masuk Matauli juga, lewat kakak kelas yang datang ‘promosi’ ke sekolah kami.
Dua hari sebelum tes, aku berangkat ke Sibolga bareng mamaku. Kami berangkat naik taxi SBI L300, dengan membawa persiapan pakaian selama seminggu mengikuti tes di sana (kalau lulus tes tahap I). Berangkat malam hari dan sampai di sana besok paginya. Sesampainya di sana, langsung ke tempat nginap, ga jauh dari lokasi sekolah. Sebelumnya udah dikasihtau oleh Ka Cory (kakak kelas dan kakak gereja - kebetulan orangtua kami adalah sahabat dekat) yang sekolah di sana juga. Kami nginap di rumah warga, dan selain kami ada juga 2 orang casis (calon siswa-red) lain dari Pekanbaru yang tinggal di situ.

Dan untuk tes ini aku sungguh bersyukur karena Tuhan masih menunjukkan keajaibanNya bagiku. Aku lulus dan masuk kelas unggulan A. Di sekolah ini semua kelas disebut kelas unggulan : unggulan A, unggulan B dan unggulan C.  Yang membedakannya adalah keistimewaan yang diperoleh yaitu ada keringanan biaya. Dan untuk kelas unggulan A wajib tinggal di asrama. Karena itulah selama tiga tahun menempuh pendidikan disana, aku tinggal di asrama.




Awalnya memang berat banget! Ada sistem ospek selama 3 bulan pertama,  tidak boleh berkomunikasi dengan lingkungan luar dan tidak boleh keluar asrama kecuali hari minggu. Namun, aku tetap bersyukur karena justru dengan kehidupan di asrama aku mulai dibentuk jadi pribadi yang disiplin dan lebih mandiri, hidup bersama dengan teman-teman lain dari berbagai daerah dan latar belakang yang berbeda. Belum lagi bareng teman-teman sekelas (15 orang) yang selalu menjalani kegiatan yang sama setiap hari. Waaaa...kali ini aku benar-benar kangen mereka! >.< Tinggalnya udah jauh-jauhan...


Aku bersyukur bisa bertahan di kelas unggulan A selama tiga tahun dan bisa lulus dengan hasil yang baik.

Dan tidak hanya sampai disitu saja, aku harus melanjutkan pendidikan ke tingkat  kuliah.. Suatu perjuangan yang tidak mudah buatku. Aku mengikuti berbagai macam tes masuk perguruan tinggi negeri, mulai PMDK, UM, SPMB, tes STIS dan USM STAN. Dan puji Tuhan, awalnya lulus STMB Telkom di Bandung. Tapi aku memutuskan untuk tidak mendaftar ulang. Dan lagi-lagi Tuhan melakukan karya yang luar biasa. Aku lulus USM STAN! Dan tanpa ambil pusing, aku memutuskan untuk daftar ulang STAN. Perguruan tinggi kedinasan yang sangat diminati oleh banyak orang-katanya.

Selama tiga tahun juga aku mengikuti pendidikan diploma di STAN, dan aku benar-benar bersyukur karena perbuatan Tuhan yang sungguh ajaib. Aku bisa lulus dengan baik –di tengah sistem perkuliahan yang menerapkan sistem gugur tiap semester.


Selama menjadi mahasiswa, aku bergabung dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK), ikut melayani bersama teman-teman lain, dalam kepengurusan dan kepanitiaan. Pengalaman yang luar biasa! Membuat aku mengerti pelayanan yang sesungguhnya, makin mengenal Tuhan dan belajar tentangNya bersama teman-teman yang luar biasa. aku juga ikut dalam komunitas yang membangun, sharing dan saling mendoakan. Really really miss that moment! :(

Dan setelah alumni, sungguh aku tidak merasakan kehidupan yang seperti kuliah dulu, apalagi setelah masuk kantor. Sehari-hari hidup dengan rutinitas yang kadang membosankan. Harus duduk di kursi selama lebih dari 7 jam adalah ‘sesuatu’ banget! Ngerasa kesepian banget setelah di dunia kerja. Teman-teman dan pergaulannya juga udah beda.

Namun, aku sadar, aku ga boleh diam terus dengan kehidupan yang udah berlalu. Seharusnya aku bisa berteman dengan siapa saja. Seharusnya hidupku tidak tergantung ada tidaknya teman yang asik diajak bergaul, atau ada tidaknya teman yang karakternya sama denganku.

Keep Fighting girl!!

Ada maksud Tuhan menempatkanmu di sini.
Semoga aku bisa segera mengerti dan mengerjakan maksudNya buatku.. :)
Labels: | edit post
0 Responses

Post a Comment